Nukilan : http://qurratulilyani.blogspot.com/
Seperti firman Allah: “Dan jangan sebahagian kamu mengumpat sebahagiannya.” (al-Hujurat: 12)
Kita dilarang ghibah (mengumpat). 
Rasulullah s.a.w. berkehendak akan mempertajam pengertian ayat tersebut  kepada sahabat-sahabatnya yang dimulai dengan cara tanya-jawab,  sebagaimana tersebut di bawah ini:
"  Bertanyalah Nabi kepada mereka: Tahukah kamu apakah yang disebut  ghibah itu? Mereka
 menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih tahu. Maka  jawab Nabi, iaitu: Kamu membincangkan saudaramu tentang sesuatu yang ia  tidak menyukainya. Kemudian Nabi ditanya: Bagaimana jika pada saudaraku  itu terdapat apa yang saya katakan tadi? Rasulullah s.a.w. menjawab:  Jika padanya terdapat apa yang kamu bincangkan itu, maka berarti kamu  mengumpat dia, dan jika tidak seperti apa yang kamu bincangkan itu, maka  berarti kamu telah menuduh dia." (Riwayat Muslim, Abu Daud, Tarmizi dan Nasa'i)
Manusia tidak suka kalau bentuknya, perangainya, nasabnya dan  ciri-cirinya itu dibincangkan. Seperti tersebut dalam hadis berikut ini:  " Dari Aisyah ia berkata: saya pernah berkata kepada Nabi: kiranya  engkau cukup (puas) dengan Shafiyah begini dan begini, yakni dia itu  pendek, maka jawab Nabi: Sungguh engkau telah berkata suatu perkataan  yang andaikata engkau campur dengan air laut niscaya akan bercampur." (Riwayat Abu Daud, Tarmizi dan Baihaqi)
Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk  menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka  itu tidak ada di hadapannya. Ini menunjukkan kelicikannya, sebab sama  dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini salah satu bentuk  daripada penghancuran. Sebab pengumpatan ini berarti melawan orang yang  tidak berdaya.
Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca.
Oleh kerana itu tidak menghairankan, apabila al-Quran melukiskannya  dalam bentuk tersendiri yang cukup dapat menggetarkan hati dan  menumbuhkan perasaan. Firman Allah: 
“    Dan jangan sebahagian kamu mengumpat sebahagiannya; apakah salah  seorang di antara kamu suka makan daging bangkai saudaranya padahal  mereka tidak menyukainya!!” (al-Hujurat: 12)
Setiap manusia pasti tidak suka makan daging manusia. Maka bagaimana  lagi kalau daging saudaranya? Dan bagaimana lagi kalau daging itu telah  menjadi bangkai? Nabi memperoleh pelukisan al-Quran ini ke dalam fikiran  dan mendasar di dalam hati setiap ada kesempatan untuk itu.
Ibnu Mas'ud pernah berkata: "  Kami pernah berada di tempat Nabi  s.a.w., tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri meninggalkan majlis,  kemudian ada seorang laki-laki lain mengumpatnya sesudah dia tidak ada,  maka kata Nabi kepada laki-laki ini: Berselilitlah kamu! Orang tersebut  bertanya: Mengapa saya harus berselilit sedangkan saya tidak makan  daging ? Maka kata Nabi: Sesungguhnya engkau telah makan daging  saudaramu." (Riwayat Thabarani dan rawi-rawinya rawi-rawi Bukhari)
Dan diriwayatkan pula oleh Jabir, ia berkata: " Kami pernah di  tempat Nabi s.a.w. kemudian menghembuslah angin berbau busuk. Lalu  bertanyalah Nabi: Tahukah kamu angin apa ini? Ini adalah angin (bau) nya  orang-orang yang mengumpat orang-orang mu'min." (Riwayat Ahmad dan rawi-rawinya kepercayaan)
Jadi,jelaslah di sini perbuatan mengumpat ini adalah larangan yang besar  dari Allah S.W.T sehingga ditanyakan kepada kita mahukan kalau kita  memakan daging saudara kita sendiri..??
Tentu kita sangat-sangat merasa jijik dan tidak sanggup  memakannya.Justeru,begitulah kita andaikan bahawa sanggupkah kita  menceritakan keaiban saudara kita sendiri??
Semoga kita koreksi sama-sama apa yang telah kita lakukan selama  ini.Kadang-kadang kita akui perkara ni terjadi tanpa kita  sedar.Mengumpat rakan baik kita sendiri dibelakangnya serta menyatakan  keburukannya kepada orang lain.Apatah lagi kepada mereka yang menjadikan  budaya mengumpat ini sebagai sesuatu yang rutin.Bahkan jika tidak  mempunyai gosip-gosip terkini untuk dijaja kepada " group mengumpat "  mereka,hari yang dilalui tidak seronok.Agak pelik saya dengan budaya  sebegini.Apa kepuasan yang mereka dapat tidak diketahui.Walhal,dosa  hasil umpatan tidak semakin berkurang malah pahala orang yang diumpat  semakin bertambah.
Saya tinggalkan anda dengan kalam dari Saidina Ali bin Abi Talib k.w yang bermaksud :
     " Seseorang itu menjatuhkan nilai dirinya bila dia mula merasa  tamak,dia rela dengan kehinaan apabila dia menceritakan tentang  kemiskinan dan kesusahannya.Dia menghinakan dirinya bila dia tidak dapat  mengawal lidahnya.."
Kalam dari Saidina Umar bin Al Khattab r.a yang bermaksud :
   " Jangan kagum mendengar suara seseorang,tetapi kagumilah orang yang  bila diberi amanat dia laksanakan,yang tidak pernah mengganggu orang  dengan mulut ataupun tangannya.."




No comments:
Post a Comment